Nih Sejarah Dan Perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate (Psht)
 |
| Ki Ageng Soero Dwiryo |
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) - didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di indonesia tepatnya Desa Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo,Madiun pada tahun 1922.
Pada tahun 1903 di Kampoeng Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ageng Soero Dwiryo meletakkan dasar bagi gaya Pencak Silat Setia Hati. Sebelum disebut Setia Hati, latihan Fisik/Gerakan Pencak Silat Setia Hati disebut "Djojo Gendilo Tjipto Muljo" dan untuk fatwa kerokhanian dan spiritual Setia Hati disebut "Sedulur Tunggal Ketjer" disingkat STK. oleh Warga Tk.II pada latihan tingkat Putih PSHT cabang Surabaya di IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 1994 - 1995, antara lain Mas Ir. FX.Sentot Sutikno, Mas. Dr. Ir. H.Aliadi,MM dan Mas Panggul.
Pada tahun 1917 Ki Ageng Soerodwirjo pindah ke Madiun dan membangun dan mendirikan Persaudaraan "perguruan" Silat berjulukan Persaudaraan Setia Hati di desa Winongo Madiun. Pada ketika itu Persaudaraan Setia Hati bukanlah/belum menjadi organisasi, Setia Hati yakni persaudaraan (kadang) saja di antara siswa, alasannya yakni pada ketika itu organisasi Pencak Silat tidak diizinkan oleh kolonialisme Belanda. "Setia Hati" berarti Setia pada Hati (diri) sendiri".
Soerodiwirjo lahir dari keluarga aristokrat di tempat Gresik (versi lain di Madiun) Jawa Timur, Indonesia, pada kuartal terakhir masa ke-19. Dia dijuluki sebagai "Ngabei" sebuah gelar aristokrat pribadi yang diberikan oleh Sultan dan hanya untuk mereka yang telah menandakan dirinya layak secara rohani. Dia tinggal dan bekerja di banyak sekali lokasi di pulau Jawa dan Sumatera dan berguru gaya Pencak Silat dari banyak sekali aliran. Di Sumatera juga berguru kerokhanian (kebatinan) pada seorang guru spiritual. Kombinasi fatwa spiritual (kebatinan) dan gaya pencak silat yang terbaik dari banyak sekali aliran ini yang menjadi dasar untuk silat Setia Hati. Ki Ageng Hadji Soerodiwirjo meninggal pada 10 November 1944 di Madiun.
Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (pahlawan perintis kemerdekaan 1883-1952), salah satu kadang Setia Hati, meminta izin kepada Ki Ageng Soerodiwirjo untuk mendirikan latihan Setia Hati bagi generasi muda dan diizinkan oleh Ki Ageng Soerodiwirjo, tetapi harus dalam nama yang berbeda. Maka Ki Hardjo Oetomo mendirikan Setia Hati "Pemuda Sport Club" (SH PSC) yang lalu menjadi Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club" yang berupa sebuah Organisasi. Organisasi ini lalu disebut Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT pada tahun 1948 dalam kongres pertama di Madiun. Setelah Perang Dunia II, PSHT terus menyebar ke seluruh Indonesia. Seorang tokoh penting di balik semakin populernya PSHT ini yakni Mas Irsjad yang merupakan siswa pertama Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Mas Irsyad ini juga membuat 90 Senam Dasar (Basic Exercise), Jurus Belati (Jurus dengan pisau), dan Jurus Toya (Jurus dengan panjang tongkat) yang membedakan dengan Setia Hati di Winongo. Salah satu siswa Mas Irsjad yakni Mas Imam Koesoepangat (1939-1987) pemimpin spiritual dari PSHT yang turut berjasa membesarkan PSHT. Penggantinya, Mas Tarmadji Boedi Harsono(1987-2014), Saat ini dewan sentra organisasi PSHT dipimpin oleh Kolonel Inf (Purn.) Mas Richard Simorangkir hingga pada Parapatan Luhur digelar pada tahun 2014. (Sumber)
Riwayat Singkat Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo (Eyang Suro) [sumber]
Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo nama kecilnya yakni Muhamad Masdan, yang lahir pada tahun 1876 di Surabaya putra sulung Ki Ngabei Soeromihardjo (mantri cacar di ngimbang kab: jombang Ki ngabei Soeromihardjo yakni saudara sepupu RAA Soeronegoro (bupati Kediri pada ketika itu). Ki Ageng soerodiwirdjo memiliki garis keterunan batoro katong di Ponorogo, dia kawin dengan ibu sarijati umur 29 tahun di surabaya dari perkawinan itu dianugrahi 3 anak laki-2 dan 2 anak wanita namun semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil.
Pada usia 14 tahun (th 1890) dia lulus SR kini SD lalu diambil putra oleh pamanya (wedono di wonokromo) dan tahun 1891 yaitu sempurna berusia 15 tahun ikut seorang kontrolir belanda di pekerjakan sebagai juru tulis tetapi harus magang dahulu (sekarang capeg). Pada usia yang relatif masih muda Ki Ageng Soerodiwirdjo mengaji di pondok pesantren tibu ireng jombang, dan disini lah dia berguru pencak silat pada tahun 1892 pindah ke bandung tepatnya di parahyangan di tempat ini dia berksempatan menambah kepandaian ilmu pencak silat. Ki Ageng Soerodiwirdjo yakni seorang yang berbakat, berkemauan keras dan sanggup berfikir cepat serta sanggup menghimpun majemuk gerak langkah permainan.
Tahun 1893 dia pindah ke jakarta, di kota betawi ini hanya satu tahun tetapi sanggup mempergunakan waktunya untuk menambah pengetahuan dalam berguru pencak silat.
Pada tahun 1894 Ki Ageng Soerodiwirdjo pindah ke bengkulu alasannya yakni pada ketika itu orang yang di ikutinya (orang belanda) pindah kesana.di bengkulu permainanya sama dengan di jawa barat, enam bulan lalu pindah ke padang. Di kedua tempat ini Ki Ageng Soerodiwirdjo juga memperdalam dan menambah pengetahuannya perihal dunia pencak silat.
Dari tempat tersebut salah satu gurunya yakni Datuk Rajo Batuah. Beliau disamping mengajarkan ilmu kerohanian. Dimana ilmu kerohanian ini diberikan kepada murid-murid dia di tingkat II.
Pada tahun 1898 dia melanjutkan perantuanya ke banda aceh, di tempat ini Ki Ageng Soerodiwirdjo berguru kepada beberapa guru pencak silat.
Pada tahun 1902 Ki Ageng Soerodiwirdjo kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai anggota polisi dengan pangkat mayor polisi. Tahun 1903 di tempat tambak Gringsing untuk pertama kali Ki Ageng Soerodiwirdjo mendirikan perkumpulan mula-mula di beri nama ‘SEDULUR TUNGGAL KECER” dan permainan pencak silatnya berjulukan “ JOYO GENDELO” .
Pada tahun 1917 nama tersebut berubah, dan berdirilah pencak silat PERSAUDARAAN SETIA HATI, (SH) yang berpusat di madiun tujuan perkumpulan tersebut diantaranya, supaya para anggota (warga) nya memiliki rasa Persaudaraan dan kepribadian Nasional yang besar lengan berkuasa alasannya yakni pada ketika itu Indonesia sedang di jajah oleh bangsa belanda. Ki Ageng Soerodiwirdjo wafat pada hari jum`at legi tanggal 10 nopember 1944 dan di makamkan di makam Winongo madiun dalam usia enam puluh delapan tahun (68).