Widget HTML Atas

Nih Kurikulum Dalam Silek Minangkabau

Kurikulum di dalam silek Minangkabau itu terdiri dari:
  • Langkah : Langkah yaitu konsep dan kunci utama dari permainan silek yang baik dan benar.
  • Buah : Teknik mudah dalam silek yang merupakan pengembangan dari langkah.
  • Isi : Aspek spiritual, penggunaan tenaga dalam, pemahaman hakikat silat atau olah rasa.
  • Bungo, Pancak atau Mancak (Kembangan): Aspek seni dalam silat untuk hiburan atau pertunjukan. Bungo silek ini sering dijumpai pada acara-acara resmi. Bungo silek yaitu kombinasi antara langkah dan buah. Gerakan silek yang ditampilkan seindah dan sebagus mungkin dan kedua pesilat berusaha untuk tidak saling menyakiti dan biasanya diiringi dengan musik tradisional. Tuo-tuo silek sering tampil dalam program ini sebagai penghormatan terhadap dia.

1. Langkah (Teknik Melangkah)

Melangkah yaitu pelajaran dasar dalam silek. Ada beberapa gerakan dasar yang akan diajarkan, yakni:
  • gelek (gelek, dalam bahasa Inggris, twist): mengubah posisi badan menghadap kanan dan atau menghadap kiri tanpa mengubah posisi kaki atau tanpa melangkah). Dalam main berpasangan, kaki kiri di depan akan menghasilkan gelek dalam, sedangkan jikalau kaki kanan di depan akan menghasilkan gelek lua (luar).
  • balabek (belebat?): mengubah gerakan tangan sesuai langkah kaki. Balabek berfungsi sebagai pertahanan untuk badan potongan atas jikalau diserang. Biasanya ajudan dan tangan kiri bersilangan jikalau dihimpitkan. Cara memainkan balabek ini bervariasi tergantung aliran silatnya, salah satu silat di Koto Anau, Kabupaten Solok, memainkan balabek dengan cara mengepalkan tangan mirip petinju. Ada lagi balabek dengan kombinasi kepal di satu tangan dan sudu di tangan lain (lihat: sudu).
  • langkah ka muko jo langkah suruik (langkah maju dan langkah mundur): langkah, mengubah posisi badan dengan memindahkan kaki.
  • langkah insuik (langkah ingsut) : melangkah dengan mengeser kaki ke depan atau ke belakang. Misalkan, kaki kanan digeser sedikit ke depan, kemudian diikuti dengan menggeser kaki kiri sedikit ke depan. Langkah insuik tidak perlu mengangkat kaki untuk berpindah, cukup digeser saja. Pola langkah ini mempunyai kegunaan untuk memperbaiki posisi untuk bertahan ataupun menyerang. Biasanya teknik ini didapat begitu saja tanpa disadari oleh pesilat.
  • tagak itiak (tegak itik) : berdiri mirip itik atau angsa dengan hanya menggunakan satu kaki.
  • babaliak (balik 180 derjat), balik ini bisa baliak suok (balik kanan) atau baliak kida (balik kiri).
  • simpia (simpir, sapuan), serangan sapuan pada kaki.
  • guntiang (Gunting), serangan guntingan pada kaki.
  • tikam jajak (tikam jejak), langkah kaki yang menggantikan posisi langkah sebelumnya. Misalkan, ketika kaki kanan dilangkahkan ke depan, kaki kiri menempati posisi jejak kaki kanan tersebut. Prinsip yang sama berlalu sebaliknya.

Kurikulum di dalam silek Minangkabau itu terdiri dari Nih Kurikulum Dalam Silek MinangkabauSalah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain silek lain, yaitu, Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan langkah bajinjek (agak berjinjit) mirip kucing mengincar mangsanya dan mempunyai langkah anak (langkah anak). Langkah anak ini yaitu langkah kecil yang dilakukan sebelum melangkah mirip langkah silat biasa. Langkah anak ini dibentuk dengan tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah ini, tetapi mereka tidak menekankan teknik dua cara melangkah ini kepada muridnya.

Adapun deretan dalam tahap ini adalah
  • melingkar, biasanya berpasangan, biasanya sepasang dan membentuk lingkaran, lawan main diibaratkan bayangan cermin, mereka akan melangkah dan bergerak mirip kita namun dalam posisi berlawanan. Formasi bulat sering ditemui pada sasaran silek. Jika murid sasaran itu banyak, maka posisi melingkar ini akan membentuk bulat besar, jadi hampir semua murid gres bisa melakukannya dalam satu waktu.
  • berdampingan, Salah seorang Tuo Silek dari Pauah, Padang menyebut gerakan ini sebagai arak kabau gadang, boleh jadi sasaran silek lain mempunyai nama lain untuk deretan ini. Dua orang melangkah berdampingan kiri dan kanan sambil bersilat. Posisi ini tidak sering dimainkan. Guna posisi ini yaitu untuk berguru menghadapi serangan dari samping kiri atau kanan. Biasanya gerakan ini diajarkan pada murid yang sudah mahir dalam melangkah dan dikombinasikan dengan tahap dua, maambiak buah (mengambil buah).
  • lurus, dengan maksud mempelajari cara menghadapi serangan lawan dari depan dan atau belakang. Latihan untuk deretan lurus bisa dengan menggunakan sebilah papan disebut sebagai silek sabilah papan. Silek Biruang Agam sebagai contoh, memperlihatkan pola permainan lurus dengan kombinasi lingkaran.

Kebanyakan murid tidak memahami arti pelajaran ini, sehingga mereka bosan, lantaran sudah berbulan berguru namun yang dirasakan pelajarannya dari itu ke itu juga. Teknik melangkah yang baik dan benar ini benar-benar penting bagi pemula. Jika melangkah ini sudah mahir, maka akan gampang maambiak buah (mengambil buah) atau mempelajari gerakan-gerakan mudah dalam bersilat, lantaran buah itu gres anggun digunakan jikalau langkah sudah pas dan benar.

Ada bermacam cara berdiri di dalam silat, ada yang tinggi mirip berdiri, rendah mirip orang membungkuk dan ada sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya digunakan pada silat Harimau.

Meskipun tidak berlaku pada semua sasaran silek, pada tahap ini beberapa murid diajarkan beberapa kato atau manto (mantera), contohnya:
  • kato palangkahan (mantera untuk mulai bersilat) yang bunyinya kira-kira : assalamu`alaikum bapakku langit/alaikum salam ibuku bumi/izinkan saya melangkah di bumi Allah taala.
  • doa mandi digunakan ketika mandi untuk menyegarkan diri dari cedera atau menghilangkan energi negatif (dalam chi kung dikenal dengan istilah "chi kotor") yang mengganggu kita akhir bermain silat atau sehabis bepergian. Adapun bunyinya kira-kira : mandi nur, mandilah aku/mandi badan serta nyawa/mandi ruh, serta insan/aku mandi di dalam kandungan kalimah...

Tidak semua sasaran silek mengajarkan mantera. Ada sasaran silek yang menggunakan doa dalam bahasa Arab yang dikutip dari ayat Quran atau doa-doa yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad SAW.

Pelajaran maambiak buah (mengambil buah) merupakan pengembangan dari prinsip langkah tersebut. Dapat dikatakan, kunci dan salah satu ciri-ciri dari silek di Minangkabau terletak dari gelek jo langkah (gelek dan langkah), dan mereka berusaha konsisten dengan hukum langkah ini. Namun sayang, pada tahap inilah murid-murid biasanya sudah berhenti lantaran bosan, atau jikalau mereka terus ke tahap dua tanpa menguasai dengan baik prinsip langkah, jadinya yaitu murid ini tidak bisa main dengan baik dan biasanya di dalam bahasa Minangkabau dikatakan "langkahnyo indak bulek atau langkahnyo baserak-serak" (langkahnya tidak utuh alias berserakan).


2. Buah (Teknik Praktis)

Maambiak buah ini berkaitan dengan pelajaran ihwal teknik-teknik mudah di dalam bersilat atau buah silat, mirip tangkok (menangkap), ilak (mengelak), mangguntiang (gerakan menggunting) piuah (piuh atau pilin), mamatah (mematahkan peresendian), manyapu (sapuan), doroang (dorongan), enjo/egang/jujuik (tarik, menarik lawan dengan tangan), mangabek/mengunci (teknik kuncian), sudu (tusukan), daga (pukulan dengan alas telapak tangan biasanya untuk menyerang kawasan rahang), dan bahkan menggunakan goyangan pinggul untuk melemahkan posisi badan lawan. Sadonyo anggoto tubuah iduik (semua anggota badan harus hidup dan bisa dimanfaatkan) dan juga dima tumbuh disitu disiang (posisi bagaimanapun harus bisa digunakan semaksimal mungkin untuk bertahan dan menyerang) begitu kata guru.

Pada pelajaran maambiak buah, murid dituntun menggunakan kebijaksanaan dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari badan insan dan di mana titik lemah dari badan itu sendiri, contohnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak jatuh, tetapi kalau didorong ke belakang, lawan jatuh. Biasanya sasaran serangan silek itu yaitu alat vital atau kelamin, rahang, mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati. Untuk patah mematah, targetnya yaitu siku-siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk piuh (pilin) targetnya yaitu pergelangan tangan dan kaki. Dalam gerakan biasanya dilakukan kombinasi mirip dipiuh (pilin) dahulu gres kemudian dipatahkan. Alat vital memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh lantaran itu pada awal berguru si murid diingatkan untuk menjaga posisi sedemikian rupa biar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodepun hingga ketika ini yang menciptakan alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini berguru ilmu magis, sedangkan untuk hulu hati, orang yang sering latihan kebugaran dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan terhadap pukulan.

Secara ringkas pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini yaitu teknik mempergunakan kaki, tangan dan anggota badan lainnya, mirip yang diuraikan di bawah ini

Teknik mempergunakan tangan
  • cucuak ciek jari (tusukan satu jari) : sasaran serangannya lobang pada kawasan leher
  • cotok duo jari (tusukan dua jari) : sasaran serangannya mata
  • cakiak (cekik) : sasaran serangannya leher
  • kalatiak (?) : gerakan mirip menampar dengan mempergunakan kuku pada ujung jari
  • kepoh (tepis) : membelokkan serangan lawan dengan tangan sehingga tidak mengenai tubuh
  • siku (sikuan) : sasaran serangannya tulang iga lawan
  • rangguik (renggut) : merenggut tangan, kaki, atau kepala lawan
  • doroang, tundo, tungak (dorong) : mendorong badan lawan
  • daga : menggunakan alas telapak tangan untuk menyerang rahang lawan
  • sudu (sodokan) : menggunakan empat jari yang dirapatkan dengan sasaran serangannya ulu hati lawan, bentuk sudu ini mirip sendok datar. Sudu dan sendok artinya sama.
  • piuah (pilin) : memilin tangan, kaki, atau kepala lawan
  • sambuik (sambutan) : menyambut serangan lawan, biasanya diiringi dengan mematahkan anggota badan lawan
  • pakuak (bacok) : membacok dengan menggunakan sisi tangan sejajar kelingking sasaran serangannya leher potongan belakang
  • patah (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
  • lapak (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua pendengaran lawan
  • piciak (pijit) : teknik menjepit dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Buah piciak dipergunakan untuk menyerang titik kelemahan atau pressure point yakni titik-titik tertentu pada badan jikalau dipijit atau ditekan akan menjadikan rasa sakit dan gerakan sentak (gerak refleks) mirip kena setrum listrik. Contoh sasaran yaitu wilayah akrab lipatan siku tangan atau kaki, bawah ketiak, sekitar pergelangan tangan, selaput antara ibu jari dan telunjuk. Seni ini telah dikenal oleh bangsa Jepang dengan nama kyusho. Korea dan China juga mempunyai pengetahuan ihwal ini, serta banyak sekali bangsa lain di muka bumi selama beratus-ratus tahun yang lampau. Meskipun di Minangkabau teknik ini tidak terdokumentasi selengkap di Jepang atau Korea, teknik ini dikenal baik oleh para jagoan dan sangat bermanfaat jikalau menghadapi lawan yang mempunyai tenaga kuat. Titik kelemahan ini tidak saja diserang dengan teknik piciak, tetapi bisa dengan cucuak (tusukan satu jari) atau sudu (sodok).

Teknik mempergunakan kaki
  • sipak, simbek, gayuang (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata gayuang itu bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
  • hantam jo lutuik (hantam dengan lutut) : digunakan untuk menghantam kepala lawan atau perutnya
  • tundo jo lutuik (dorong dengan lutut) : lutut bisa digunakan untuk mendorong kaki lawan biar ia jatuh
  • sapu (sapuan) : digunakan untuk menyapu kaki lawan
  • dongkak kudo atau sipak balakang (tendangan belakang) : tendangan berbentuk karakter T
  • injak (injak): menginjak kaki lawan
  • hantam jo tumik (hantam dengan tumit) : menghantam ujung ibu jari kaki lawan dengan menggunakan tumit.

Teknik dengan menggunakan potongan badan lain
  • sondak (menggunakan kepala) : untuk menghantam dada, atau rahang lawan
  • gigik (menggigit lawan) : gigitan di mana saja yang didapatkan pada badan lawan
  • goyang ikua (goyangan pinggul) : menggoyangkan pinggul, teknik ini juga digunakan pemain sepak bola untuk menjatuhkan lawannya

Teknik kombinasi
  • mambantiang (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
  • mangabek atau mangunci (kuncian) : Istilah lain yang biasa digunakan oleh praktisi silek yaitu santuang atau kungkuang (kungkung) untuk teknik mengunci lawan dengan mempergunakan tangan dan atau kaki.
  • mambukak kabek dan mailak dari bantiangan (membuka kuncian dan mengelak dari bantingan) : melepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama yakni teknik malangkah.

Tujuan dari silek yaitu mempertahankan diri dari serangan musuh mirip yang dikatakan oleh tuo silek, jadi sebagian teknik-teknik yang dipelajari dihentikan digunakan di dalam pertandingan silat, lantaran berbahaya dan mencelakakan lawan tanding.

Pada tahap ini muridpun diberi semacam doa atau kato atau manto (mantera) oleh guru, contohnya mantera yang digunakan untuk menyambut atau untuk menyerang lawan, bisa juga mantera untuk menciptakan badan kita kelihatan lebih besar dan tinggi, sehingga lawan merasa takut dan sebagainya. Tiap sasaran silek punya manto atau doa tersendiri. Ada sasaran silek yang hanya menggunakan doa yang diambil dari kutipan ayat Alquran, namun kebanyakan mantra berisi adonan antara doa dalam bahasa Arab dan Minangkabau. Campuran mantera antara bahasa Minang dan bahasa Arab mengambarkan efek Islam di dalam silat di Minangkabau.


3. Isi (Mengambil Isi atau Kaji Duduk)

Bagian maambiak isi (mengambil isi) atau dikatakan juga maambiak inti (mengambil inti) yaitu potongan yang paling sensitif untuk dibicarakan bahkan oleh sesama pesilat dari beda sasaran silek. Pada sesi ini murid tidak berguru bermain silat secara fisik, tetapi lebih kepada menanamkan suatu pemahaman atau konsep.

Biliak Dalam (Bilik Dalam atau Kamar Khusus)

Istilah biliak dalam digunakan untuk menyatakan tempat berguru khusus ihwal bahan maambiak isi. Kata bilik dalam mengandung pengertian bahwa antara guru dan murid ada tempat dan atau ketika khusus, meskipun tidak selalu di dalam bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru mengundang murid tiba ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat tertentu, bisa juga siang atau malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun hanya mereka yang akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.

Kaji (Materi Pelajaran di Biliak Dalam)

Materi atau kaji yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan sasaran silek lain boleh jadi ada kesamaan materinya, namun juga terdapat perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh lantaran itu, dalam tahap tertentu, membahas bahan yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain sangatlah tabu untuk dibicarakan. Makara jikalau tidak paham akan sesuatu, sebaiknya dipecahkan dulu sendiri, kemudian ditanyakan eksklusif ke guru atau ke orang yang telah dipercayakan oleh guru untuk memperlihatkan penjelasan.

Salah satu dari bahan pengajian ini yaitu mangaji asa (mempelajari asal usul). Kita harus mengetahui asal undangan diri. Dalam salah satu sasaran menyampaikan bahwa insan berasal dari Nur yang dipancarkan dari cahaya ilahiyah, oleh lantaran itu posisi insan sangat tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia yang diisi dengan Nur ini akan menjadi khalifah (berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan sanggup menundukkan sekalian isi alam. Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi. Orang yang berbuat keonaran dan kejahatan mengambarkan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari syaitan yang berasal dari api. Api bersifat negatif atau takluk di bawah kekuatan cahaya ilahiyah (nur). Para pesilat meyakini berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan dari sang Pencipta. Benda tajam dari logam disebut sebagai sesuatu yang berasal dari air. Sekali lagi, air tidak akan memperlihatkan efek jelek terhadap manusia, jadi benda tajam itu tidak akan memperlihatkan efek jelek kepada diri pesilat. Di dalam pengajian ini, segala sesuatu yang tiba kepada pesilat, maka ia berupaya mangumbalikan ka asa (mengembalikan sesuatu ke asal kejadiannya) semua serangan yang tiba kepada dirinya. Beginilah suara salah satu mantera biar tidak celaka jikalau terkena senjata tajam.. Hai sakalian basi, saya tahu asa engkau jadi, aia putiah rabbul alamin asa engkau jadi, kembalilah engkau ke asa engkau, saya kembali ke asa aku, Nur Allah asa saya jadi (Hai sekalian besi, saya tahu asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah engkau ke asal engkau, saya kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal saya jadi).

Istilah busuk karasani (Besi Kersani) sering muncul di dalam bahan kajian bilik dalam. Basi karasani di dalam kaji isi dianggap sebagai unsur inti besi pada insan yang mempunyai kekuatan yang luar biasa. Di dalam manto (mantera) diucapkan begini ".... mandanciang busuk karasani di dalam batang tubuah saya dek saya mangatahui.." (berdenging besi kersani di dalam batang badan saya lantaran saya mengetahui). Membangkit busuk karasani ini juga termasuk bahan yang diberikan buat pesilat yang berminat. Efek dari bangkitnya busuk karasani ini yaitu badan menjadi berpengaruh dan tahan dari banyak sekali serangan lawan.

Ada banyak lagi aspek-aspek dari sesi ini yang hingga ketika kini di Minangkabau masuk ke dalam wilayah sangat sensitif untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat, bahwa mereka yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan perbuatan membuka aurat kepada yang bukan muhrim.

Materi maambiak isi bisa saja tidak diberikan kepada murid, jikalau si murid hanya menyukai gerakan fisik saja untuk olahraga atau beladiri. Avdakalanya si murid tidak berminat mengambil bahan ini lantaran tidak ingin terlalu dalam berfilosofis atau tidak ingin salah cerna pengetahuan yang diberikan guru yang disebut sebagai tabaliak kaji. Meskipun sangat jarang terjadi, tabaliak kaji bisa berakibat fatal bagi perkembangan psikis murid lantaran bisa mengakibatkan gila. Guru silek adakalanya enggan memperlihatkan bahan ini kepada murid dengan alasan bawah umur atau akhir sikap kurang baik yang diperlihatkan oleh murid selama dalam asuhan guru silek.


4. Ujian

Secara tradisional guru melihat tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan gerakan-gerakan dasar silat mirip pada point 2. Guru akan melihat bagaimana keahlian murid mempergunakan keahlian itu untuk manyambuik (menyambut) serangan, mambaleh (menyerang), mangunci (mengunci) atau malapehkan kuncian/kabek (melepaskan kuncian) lawan tandingnya. Gerakan dasar akan diterima oleh setiap murid, namun pada tingkat lanjutan, siapa yang terpelajar mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka ia akan bisa menggunakan gerakan-gerakan dasar silat dengan sempurna dan benar.

Kemahiran bersilat bisa diukur dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:
  • Bersilat di tempat lapang
  • Bersilat di tempat sempit
  • Bersilat dalam posisi apapun (duduk, berbaring)
  • Penguasaan menghadapi serangan menggunakan senjata tajam dan tongkat
  • Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas kerikil licin di sungai)
  • Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap sama sekali
  • Bersilat dengan harimau (ujian terakhir pada beberapa sasaran silek)

Sebagian para Tuo Silek mempercayai bahwa silek ini dahulunya milik inyiak balang (harimau), setiap kali silek ini diadakan jikalau menggunakan gerakan harimau, konon harimau itu akan tiba menyaksikan sendiri silat itu, dan bahkan harimau itu bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk menghindari itu, silek dilakukan di tempat yang tertutup jikalau dilakukan di malam hari. Ujian terakhir dilakukan dengan bermain silat eksklusif dengan inyiak balang (harimau). Tapi keyakinan ini tidak dianut oleh semua guru. Ada juga sasaran yang mengajarkan silek biasa dan silek harimau untuk tingkat lanjutan, sehabis selesai dengan silek biasa yang dilakukan pada malam hari, mereka akan mengambil langkah silek harimau pada siang hari, bukan malam hari

Sistem sabuk diperkenalkan pada sasaran silek sehabis adanya bimbingan dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) kepada guru silat tradisional. Maka sejak itu dikenal adanya istilah sabuk. Warna dari sabuk itu sendiri mirip sabuk putih, biru, hijau hingga hitam, diberikan menurut kemahiran murid pada level tertentu. Silek tradisional tidak mengenal istilah sabuk. Mereka mengukur murid menurut kemahiran murid di dalam latihan mirip yang disebutkan di atas. Murid yang mahir akan menjadi ajudan guru untuk mengajar murid-murid pada tingkat pemula.


5. Kaputusan Silek (Keputusan Silat)

Umumnya sasaran silek itu mempunyai istilah tamat belajar, kecuali mirip yang dikatakan oleh salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Pada masa tamat berguru biasanya guru memperlihatkan sesuatu kepada muridnya tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada yang memperlihatkan semacam mantera penutup, ada pula keputusan kaji silek itu hanya berupa beberapa kata kunci atau bahkan cuma hikmah saja dari guru.

Ada sasaran silek yang melaksanakan badah ayam (bedah ayam). Ayam dipotong mirip biasa, kemudian ayam tersebut diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di ujung jantung, kalau mau melepaskan gayuang kata sang guru, tembaklah ujung jantung ini pada lawan. Dan untuk melepaskan gayuang itu, si murid diberi kato atau manto (mantera). Gayuang (gayung) yaitu kemampuan untuk merusak jantung atau potongan dalam badan orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini hanya boleh digunakan ketika sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya mempertahankan hidup. Gayuang ini bisa berakibat fatal bagi lawan jikalau tidak segera diobati. Biasanya pamunah gayuang (pemusnah gayung) diberikan kepada murid yang mempunyai kegunaan untuk menghilangkan imbas dari gayuang tersebut jikalau lawan sudah minta ampun dan menyerah.

Namun hal yang niscaya dari seseorang mendapat kato kaputusan (kata putus atau tamat) ini yaitu ia bisa mengajar orang lain dan membuka sasaran silek lain di bawah restu guru, artinya ia dianggap resmi sebagai guru gres dan mempunyai wewenang mengajarkan ilmu yang sama dalam jalur waris yang sah. (Sumber)