Widget HTML Atas

Nih 10 Fatwa Silek Minangkabau

 Ada banyak pedoman yang berkembang di Ranah Minangkabau Nih 10 Aliran Silek Minangkabau
Ada banyak pedoman yang berkembang di Ranah Minangkabau. Peneliti Silat, Hiltrud Cordes pernah melaksanakan penelitian, menyampaikan ada sepuluh pedoman utama Silek Minangkabau, yakni:
  1. Silek Tuo (Silat Tua) - Aliran silat yang dianggap paling renta yang turun dari tempat Pariangan, Padang Panjang, tapi ada pendapat lain yang menyampaikan bahwa silat ini mulanya dikembangkan oleh Tuanku Nan Tuo, salah seorang anggota Harimau Nan Salapan atau golongan paderi. Jika pendapat ini diterima, maka "Silat Tuo" di Minangkabau terinspirasi dari gerakan binatang menyerupai harimau, buaya dan kucing.
  2. Silek Harimau (Silat Harimau) - salah satu pedoman silat di Minangkabau yang menekankan pada permainan bawah.yang terinspirasi dari gerakan-gerakan harimau yang cepat, sempurna dan berpengaruh untuk melumpuhkan musuhnya.
  3. Silek Lintau (Silat Lintau) - Berasal dari tempat Lintau Buo Kab.Tanah Datar, Sumatera Barat. Silat ini merupakan silat yang populer di Minangkabau, dengan dasar Lahkah Ompek (Langkah Empat) dan ada juga dengan Langkah Duo Boleh(Dua Belas). Silat lintau memili guru silat di hampir 9 koto (daerah) di lintau yang masing-masingnya mempunyai gaya tersendiri namun tetap berdasarkan langkah yang sama.
  4. Silek Sitaralak (Silat Sitaralak, Sterlak, Starlak) - pedoman silat keras dan berpengaruh dari Minangkabau, dikembangkan oleh Ulud Bangindo Chatib (1865) dari Kamang (dekat Bukittinggi), Kabupaten Agam, berkembang hingga ke wilayah Sawahlunto. Ada pendapat yang menyampaikan bahwa pedoman ini dirancang untuk menghadapi gerakan Silat Tuo. Gerakan Silat Tuo terinspirasi dari gerakan-gerakan binatang menyerupai harimau, kucing, dan buaya. Karakter khas silat jenis ini yakni menyerang disaat lawan akan menyerang. Silat ini menyebar dan berkembang di Malaysia dan terus ke Amerika.
  5. Silek Pauah (Silat Pauh) - pedoman silat di Minangkabau yang berasal dari kampung Pauah, Kota Padang. Silat ini yakni silat termuda dan ada yang menganggap merupakan sari atau kompilasi (gabungan) dari hampir semua pedoman silat yang ada di Minangkabau, silat ini khusus untuk berperang, alasannya yakni di Pauah, Padang merupakan salah satu basis usaha masyarakat Minangkabau melawan penjajah di masa dahulunya.
  6. Silek Sungai Patai (Silat Sungai Patai)
  7. Silek Luncua (Silat Luncur) - yang dikembangkan oleh Pakiah Rabun berkembang di tempat Alam Surambi Sungai Pagu, Kabupaten Solok.
  8. Silek Gulo-Gulo Tareh (Silat Gulo-Gulo Tareh)
  9. Silek Baruah (Silat Baruh)
  10. Silek Kumango (Silat Kumango)

Silek Ulu Ambek berdasarkan ia tidak tergolong ke dalam pedoman Silek lantaran lebih menekankan kekuatan batin daripada kontak fisik. Silek Sitaralak, Lintau, Kumango, Luncua populer hingga ke Malaysia. Silek sitaralak (disebut juga siterlak, terlak, sterlak, starlak) merupakan silat yang beraliran keras dan kuat.
Ada beberapa nama pedoman silat lain yang punya nama, yakni Silek Tiang Ampek, Silek Balubuih, Silek Pangian (berkembang di Kabupaten Kuantan Singingi) dan Buah Tarok dari Bayang, Pesisir Selatan. Asal permintaan dari pedoman silat ini juga rumit dan penuh kontroversi, teladan Silek Tuo dan Sitaralak. Silek Tuo ada yang menganggap itu yakni versi silek paling tua, namun pendapat lain menyampaikan bahwa silat itu berasal dari Tuanku Nan Tuo dari Kabupaten Agam. Tuanku Nan Tuo yakni anggota dari Harimau Nan Salapan, sebutan lain dari Kaum Paderi yang berjuang melawan Belanda di Sumatera Barat. Hubungan sitaralak dan Silek Tuo (silat paling tua) yakni kajian yang menarik untuk dikupas lebih dalam.

Gerakan silek itu diambil dari aneka macam macam binatang yang ada di Minangkabau, misalnya Silek Harimau, Kucing dan Silek Buayo (Buaya), namun di dalam perkembangan silek selanjutnya, ada sasaran silek, umumnya silek yang berasal dari kalangan tarekat atau ulama agama Islam menghilangkan unsur-unsur gerakan binatang di dalam gerakan silek mereka lantaran dianggap bertentangan dengan unsur agama versi mereka.

Jika dilihat dari beberapa gerakan silat yang berada di Minangkabau, ada pola-pola yang mayoritas di dalam permainan mereka, yakni:
  • bersilat dengan posisi bangun tegak
  • bersilat dengan posisi rendah
  • bersilat dengan posisi merayap di tanah
  • bersilat dengan posisi duduk (silek duduak)

Posisi permainan silat ini terjadi tanggapan kondisi lingkungan di mana silat itu berkembang, pada tempat yang tidak datar dan licin, mereka lebih suka memakai posisi rendah, sementara di tempat pantai yang berpasir, mereka lebih suka bersilat dengan posisi berdiri. Meskipun demikian, bukan berarti di tempat pesisir tidak mengenal permainan rendah. (Sumber)